Cerita Islami
ANTARA DUA CAHAYA
Dalam ilmu akhlak disebutkan bahwa manusia hidup di alam ini, dia harus memiliki rasa takut, (pada siksa Allah) dan rasa harap (pada rakhmat Allah), demi mencapai kesempurnaan diri, sehingga dia mampu menempuh perjalanan menuju akhirat. Jika manusia tidak memiliki rasa takut, dia akan menyembah hawa nafsunya demikian pula sebaliknya, jika tidak ada harapan, manusia tidak akan memiliki semangat dalam hidup.
Oleh karena itu, seorang harus selalu
berada diantara dua cahaya. Salah satu diantara keduanya tidak boleh
mengungguli satu sama lain. Jika salah satunya mengalahkan yang lain, maka
manusia tidak akan pernah sampai pada kesempurnaan. Jadi, kedua cahaya ini
(takut dan harap) harus seimbang.
Dalam sebuah hadist dikatakan, “Jika
dosamu sebesar dosa orang – orang yang terdahulu dan yang terakhir, maka janganlah
berputus asa terhadap ampunan Allah. Karena, ketika kamu datang padanya,
niscaya dia akan mengampuni dosa – dosamu dan menyucikan dirimu. Dan jika kamu
memiliki amal ibadah seluruh hamba yang takut (pada Allah), maka tetaplah takut
pada (siksa)-Nya karena ada kemungkinan Allah meninggalkanmu dalam sekejap mata.
Dan jika Allah meninggalkanmu, niscaya kamu akan terjatuh kedalam perbuatan
nista.”
Seseorang bertanya pada Imam Musa Bin Ja’far.“Apa yang terjadi
dengan Bal'am Bin Ba’wara (tokoh yahudi di masa
Nabi Musa)? Mengapa akhir hidupnya sama seperti anjing, padahal dia
memiliki ilmu yang luas?”
Imam Musa Bin Ja’far berkata, “Karena
Allah meninggalkannya sendiri dalam sekejap mata.”
Orang itu bertanya, “Mengapa Allah
meninggalkannya?”
Imam Musa Bin Ja’far menjawab, “Karena
dia tidak mensyukuri anugerah Allah.”
Orang mu’min yang berakal harus memiliki sifat para nabi, yang
diserupakan dengan lentera. Agar lentera menyala, ada dua hal yang harus
terpenuhi yaitu adanya minyak dan api. Jika tidak ada minyak, maka sumbu akan
terbakar (habis). Jika tidak ada api, maka lentera tidak menyala. Hati seorang
mu’min bagaikan lentera. Hendaknya manusia menjaga hatinya dari tipu daya setan.[]
Sumber:
Zaedah, Akhmad Mir Khalaf & Zaedah, Qasim Mir Khalaf, 2006. Kisah –
Kisah Allah. Jakrat:Qorina.
تعليقات
إرسال تعليق